IndoCeiss 2025: Kolaborasi Global untuk Transformasi SDM Unggul

28 February 2025 | Berita Utama

Yogyakarta, 21-22 Februari 2025 – Indonesian Computer, Electronics, and Instrumentation Support Society (IndoCeiss) sukses menggelar Seminar Nasional dan Musyawarah Nasional IndoCeiss 2025 di Universitas Amikom Yogyakarta. Acara yang berlangsung selama dua hari ini menghadirkan akademisi, peneliti, dan pemangku kebijakan dari berbagai institusi dalam dan luar negeri untuk membahas strategi penguatan sumber daya manusia (SDM) unggul melalui kolaborasi internasional.

Seminar ini menghadirkan sejumlah pembicara terkemuka, termasuk Prof. Haryadi S. Gunawi dari University of Chicago, AS, yang menyampaikan keynote speech mengenai Garuda ACE sebagai katalisator peningkatan SDM berbasis teknologi. Selain itu, hadir pula Dr. Beny Bandanadjaja, ST, MT, Prof. Ir. Zainal Arifin, MLS, PhD, Dr. Abdul Karim, Prof. Dr. Ir. Derwin Suhartono, S.Kom., MTI, dan Prof. Dra. Sri Hartati, MSc, PhD, yang membahas peran akademisi dalam mempercepat inovasi berbasis kecerdasan buatan (AI) dan kerja sama riset global.

Pentingnya Kolaborasi Internasional dalam Pengembangan SDM
Dalam keynote speech-nya, Prof. Haryadi S. Gunawi menekankan bahwa penguatan SDM unggul tidak dapat dilepaskan dari kerja sama akademik dan industri di tingkat global. Melalui Garuda ACE, ia mendorong kolaborasi yang lebih erat antara universitas dan industri teknologi untuk membangun ekosistem riset yang lebih kuat di Indonesia.

“Kita tidak bisa hanya bergantung pada talenta lokal tanpa memberikan mereka akses terhadap jaringan akademik dan riset internasional. Garuda ACE hadir untuk menjembatani kolaborasi ini agar Indonesia tidak tertinggal dalam revolusi teknologi,” ungkapnya.

Sementara itu, Dr. Beny Bandanadjaja, ST, MT, Direktur Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI, menyoroti peran kebijakan pemerintah dalam mendorong universitas untuk semakin aktif dalam kerja sama global.

“Kelembagaan pendidikan tinggi di Indonesia harus terus beradaptasi dengan dinamika global agar bisa menghasilkan lulusan yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga siap berinovasi,” ujarnya.

Penguatan Reputasi Akademik dan Riset Berbasis AI
Dalam sesi seminar lainnya, Prof. Ir. Zainal Arifin, MLS, PhD dari Universitas Komputer Indonesia (Unikom Bandung) menguraikan pentingnya reputasi akademik dalam meningkatkan daya saing universitas Indonesia.

“Kualitas riset yang baik dan publikasi di jurnal bereputasi internasional akan memperkuat posisi akademik kita di tingkat global. Ini harus menjadi prioritas utama bagi perguruan tinggi di Indonesia,” jelasnya.

Pada sesi bertema “Artificial Intelligence and Its Impact on Research and Industry”, Dr. Abdul Karim dari Hallym University, Korea Selatan, membahas bagaimana AI dapat menjadi pendorong transformasi digital di sektor pendidikan dan industri. Ia menekankan bahwa Indonesia harus lebih agresif dalam menerapkan AI dalam pembelajaran, riset, dan inovasi industri.

“AI bukan hanya alat, tetapi ekosistem yang harus dikelola dengan baik agar mampu menghasilkan solusi yang bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.

Senada dengan itu, Prof. Dr. Ir. Derwin Suhartono, S.Kom., MTI, Dekan School of Computer Science, Universitas Bina Nusantara (Binus University), menyoroti peran sinergi global dalam penelitian AI.

“Indonesia harus mulai membangun pusat riset AI yang terintegrasi dengan jaringan akademik internasional agar dapat bersaing dengan negara-negara lain dalam pengembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan,” tegasnya.

Kesepakatan MoU untuk Memperkuat Jejaring Akademik
Salah satu agenda utama dalam IndoCeiss 2025 adalah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara IndoCeiss dan beberapa universitas internasional. Salah satu kerja sama strategis yang terjalin adalah antara Universitas Amikom Yogyakarta dan Hallym University, Korea Selatan.

MoU ini mencakup kerja sama dalam bidang pertukaran mahasiswa dan dosen, riset bersama, serta pengembangan kurikulum berbasis AI dan teknologi digital. Dr. Abdul Karim, sebagai perwakilan dari Hallym University, menyampaikan bahwa kerja sama ini akan membuka peluang bagi mahasiswa dan peneliti Indonesia untuk terlibat dalam proyek riset global.

“Kami berharap kolaborasi ini dapat menjadi model bagi universitas lain dalam membangun sinergi akademik yang lebih luas,” ujarnya.

Acara IndoCeiss 2025 ditutup dengan Musyawarah Nasional yang membahas strategi penguatan organisasi dan penyusunan program kerja mendatang. Prof. Dra. Sri Hartati, MSc, PhD, selaku Ketua Umum IndoCeiss, menyampaikan harapannya agar hasil seminar ini dapat diimplementasikan secara konkret dalam pengembangan riset dan inovasi di Indonesia.

“Kita tidak boleh hanya berhenti di diskusi. Seminar ini harus menjadi titik awal bagi perguruan tinggi dan industri untuk berkolaborasi lebih erat, terutama dalam pemanfaatan AI dan transformasi digital,” ungkapnya.

Dengan keberhasilan acara ini, IndoCeiss menegaskan komitmennya untuk terus menjadi wadah bagi akademisi, peneliti, dan praktisi industri dalam mendorong inovasi dan riset berbasis teknologi. Harapannya, hasil dari seminar dan musyawarah ini dapat mempercepat transformasi SDM unggul Indonesia menuju era globalisasi digital.

Fadya RY – Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional