Dalam beberapa tahun terakhir, istilah Artificial Intelligence (AI) kerap menimbulkan perdebatan, terutama di kalangan pelaku industri kreatif. Banyak masyarakat awam menganggap AI sebagai ancaman bagi seniman—baik itu dalam bentuk image generation yang “menyalin” karya seni, maupun content prompt yang dianggap mempermudah proses kreatif secara instan. Namun, benarkah AI selalu menjadi musuh bagi dunia kreatif?
Aryanto Yuniawan, Komisaris MSV Studio dan pelaku industri animasi Indonesia, mencoba meluruskan pandangan ini. Dalam wawancaranya, ia menjelaskan bahwa AI yang saat ini sedang dikembangkan untuk diimplementasikan dalam industri animasi berbeda jauh dari bayangan kebanyakan orang.
“AI yang kami kembangkan bukan AI generatif yang meniru gambar orang lain. AI yang kami kembangkan, menempatkan AI sebagai alat bantu yang membantu mempercepat dan menyederhanakan proses produksi Animasi yang kompleks, tanpa menghilangkan sentuhan kreatif dari animator,” jelas Aryanto.
Lebih lanjut, Aryanto menegaskan bahwa AI yang digunakan di industri animasi bukanlah alat untuk menggantikan kreator, melainkan mendukung proses kerja mereka. AI diposisikan sebagai alat bantu atau “AI as tools” yang mempercepat pekerjaan-pekerjaan teknis dalam produksi, seperti mengotomatisasi “in-between animation”, melakukan pelacakan gerak wajah, atau menghaluskan gerakan dalam animasi 3D.
Teknologi ini tidak menggantikan seniman, melainkan membantu menghemat waktu produksi dan mengurangi pekerjaan teknis yang repetitif. Animator tetap menggambar, menyusun adegan, dan merancang cerita—AI hanya membantu di bagian teknis yang bisa diotomatisasi.
Hal ini justru bisa membuka peluang produksi lebih banyak film dalam waktu yang lebih singkat, sehingga justru menciptakan lebih banyak lapangan kerja di sektor lain seperti voice acting, editing, promosi, hingga distribusi.
“Dengan AI, bukan berarti 200 animator digantikan oleh 50. Justru 200 animator itu bisa menghasilkan dua atau tiga film sekaligus. Produktivitas naik, dan itu berarti industri bisa tumbuh lebih sehat,” tegasnya.
Dukungan Dari Pemerintah dalam Pengembangan Ai
Penerapan AI di MSV Studio juga tidak berdiri sendiri. Teknologi ini dikembangkan seiring dengan riset dan kolaborasi bersama Universitas AMIKOM Yogyakarta. Komitmen ini mendapat perhatian serius dari pemerintah, khususnya dari Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka yang menerima langsung audiensi dari Universitas AMIKOM Yogyakarta dan MSV Studio di Jakarta pada 19 Juni 2025.
Dalam pertemuan tersebut, Aryanto dan tim memaparkan bagaimana AI menjadi bagian penting dalam proses produksi animasi, serta bagaimana kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri berjalan di bawah satu atap yayasan yang sama.
Wakil Presiden RI menyampaikan dukungannya terhadap pengembangan AI dalam industri kreatif, termasuk rencana pendirian pusat riset AI animasi yang akan dijalankan bersama Universitas AMIKOM Yogyakarta. Pemerintah siap memberikan support dan mendampingi proses distribusi Film-film Animasi Indonesia, termasuk diantaranya dari universitas Amikom Yogyakarta dan MSV Studio.
Keunikan ekosistem Universitas AMIKOM Yogyakarta menjadi salah satu hal yang menarik perhatian Wakil Presiden. Menurut Ir. Rum M. Andri Kristiyanto Rasyid, Ketua Pengurus Yayasan AMIKOM Yogyakarta, AMIKOM merupakan institusi pendidikan yang tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga mengembangkan lingkungan industri melalui badan usaha di bawah yayasan.
“Di Indonesia sangat jarang ada universitas yang memiliki ekosistem industri. AMIKOM menawarkan model ini, dan ini yang membuat Wapres tertarik,” jelasnya.
Sinergi antara dunia akademik dan industri di AMIKOM terjalin erat, di mana universitas berperan sebagai penyedia sumber daya manusia untuk mendukung perkembangan industri kreatif, baik di dalam maupun di luar lingkungan AMIKOM.
Dengan sinergi antara pemerintah, industri, dan pendidikan, AMIKOM berharap dapat berkontribusi nyata dalam menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam pengembangan teknologi AI yang berbasis pada kreativitas dan budaya lokal.
Fadya RY – Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional