Kulon Progo, 4 Februari 2025 – Universitas Amikom Yogyakarta kembali menggelar School Zone 2025: Peningkatan Cyber Security Awareness, kali ini bertempat di SMAN 1 Temon, Kulon Progo. Acara ini merupakan kolaborasi antara Prodi S1-Teknik Komputer Universitas Amikom Yogyakarta dengan Radio 92.3 MQFM Jogja dan ADI TV. Sehari sebelumnya Agenda yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada siswa tentang pentingnya keamanan siber di era digital ini juga telah diadakan di SMKN 2 Pengasih.
Acara ini dibuka dengan sambutan dari Kepala Sekolah SMAN 1 Temon, Lestari Asih Pertiwi, yang menekankan pentingnya kesadaran keamanan digital bagi para siswa. Dalam pidatonya, ia menyampaikan bahwa banyak pelajar yang aktif menggunakan internet, tetapi belum memiliki pemahaman yang cukup tentang risiko kejahatan siber.
“Saat ini, anak-anak kita semakin sering berinteraksi dengan dunia digital, baik untuk belajar, bermain, hingga bertransaksi. Namun, banyak dari mereka yang tidak sadar bahwa internet juga menyimpan berbagai ancaman, seperti peretasan akun, penyalahgunaan data pribadi, hingga modus penipuan online. Oleh karena itu, kegiatan ini sangat bermanfaat agar siswa lebih berhati-hati dan lebih bijak dalam menggunakan teknologi,” ujarnya.
Setelah sambutan kepala sekolah, Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Amikom, Dr. Hanif Al Fatta, M.Kom., melanjutkan dengan pemaparan mengenai pentingnya pengenalan keamanan siber sejak usia dini. Ia menyoroti bahwa kesadaran akan cyber security tidak hanya diperlukan oleh para profesional IT, tetapi juga oleh semua pengguna internet, termasuk pelajar dan mahasiswa.
“Saat ini, hampir semua aktivitas kita bergantung pada teknologi digital, dari komunikasi, transaksi perbankan, hingga penyimpanan data pribadi. Namun, sayangnya, masih banyak yang belum memahami cara melindungi data mereka dengan baik. Kita sering melihat kasus pencurian data pribadi, akun media sosial yang diretas, hingga penyalahgunaan informasi di internet. Oleh karena itu, siswa dan mahasiswa harus memiliki bekal pengetahuan yang cukup untuk mengamankan identitas digital mereka,” jelasnya.
Ancaman Cyber Security dan Cara Mengatasinya
Dalam sesi utama seminar, Dr. Melwin Syafrizal, pakar keamanan siber nasional dan pembuat kebijakan cyber security di Indonesia, mengungkapkan bahwa serangan siber di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, dengan ribuan kasus peretasan dan kebocoran data terjadi setiap bulannya
“Saat ini, penjahat siber tidak hanya menggunakan teknologi tinggi, tetapi juga memanfaatkan kelalaian dan ketidaktahuan pengguna internet. Modus yang sering terjadi adalah telepon palsu dari ‘bank’ atau ‘customer service’ yang meminta verifikasi data. Jika kita tidak waspada, kita bisa kehilangan akses ke akun pribadi atau bahkan rekening bank,” jelasnya.
Sementara itu, Wahid Miftahul Ashari, S.Kom., M.T., seorang dosen dan praktisi keamanan siber, membahas tentang phishing, malware, dan ransomware, yang merupakan ancaman siber paling sering terjadi di Indonesia. Ia menyoroti bahwa banyak pengguna internet tidak sadar bahwa mereka menjadi korban karena kurangnya perhatian terhadap keamanan digital mereka sendiri.
Wahid juga menyoroti tren kejahatan digital yang semakin berkembang, seperti serangan melalui aplikasi palsu yang terlihat seperti aplikasi resmi tetapi sebenarnya berisi malware, serta pemalsuan identitas digital menggunakan deepfake dan AI untuk menipu korban. Ia menegaskan bahwa hacker tidak perlu membobol sistem yang kompleks jika mereka bisa mendapatkan informasi pribadi pengguna secara langsung dari media sosial atau komunikasi online yang tidak aman.
“Salah satu serangan siber paling umum adalah phishing, di mana peretas mengirim email atau pesan palsu dengan tautan berbahaya untuk mencuri data pengguna. Jika kita tidak berhati-hati, akun media sosial atau bahkan rekening bank kita bisa diretas hanya dalam hitungan menit,” ujarnya.
Dalam sesi berikutnya, Tiara Citra Mustika, Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Komputer Amikom, yang saat ini sedang magang di Forensik Polda DIY, berbagi pengalamannya dalam menangani kasus peretasan dan pencurian data digital. Ia menjelaskan bagaimana tim forensik digital bekerja untuk melacak peretas dan membantu korban kejahatan siber.
“Banyak orang tidak sadar bahwa akun mereka telah diretas sampai mereka mengalami kerugian, seperti saldo rekening yang tiba-tiba berkurang atau akun media sosial yang dikendalikan oleh orang lain. Oleh karena itu, penting untuk rutin memeriksa keamanan akun dan menggunakan metode autentikasi yang lebih kuat,” katanya.
Para siswa SMAN 1 Temon terlihat sangat antusias dalam sesi tanya jawab. Beberapa siswa mengajukan pertanyaan mengenai cara mengamankan akun media sosial, bagaimana mengenali email phishing, serta bagaimana cara mengecek apakah email mereka sudah diretas.
Salah satu peserta, Rizky Pratama, siswa kelas XII Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), mengungkapkan bahwa ia sebelumnya tidak terlalu peduli dengan keamanan akun digitalnya, tetapi setelah mengikuti acara ini, ia menyadari betapa pentingnya melindungi informasi pribadi.
“Saya baru tahu kalau email kita bisa dicek apakah pernah diretas atau tidak. Sekarang saya jadi lebih peduli untuk mengganti password secara berkala dan menggunakan autentikasi dua faktor,” ungkapnya.
Acara School Zone 2025 ini ditutup dengan penyampaian pesan dari Dr. Dony Ariyus, Ketua Program Studi Teknik Komputer Universitas Amikom Yogyakarta, yang menegaskan bahwa banyak kasus serangan siber terjadi bukan karena sistem yang lemah, tetapi karena kelalaian pengguna.
“Saat ini, banyak pelajar dan mahasiswa masih menggunakan password yang lemah, sembarangan mengunduh aplikasi dari sumber tidak resmi, serta mudah percaya pada informasi palsu yang dikirim melalui email atau WhatsApp. Ini adalah kebiasaan yang harus diubah jika kita ingin melindungi diri dari serangan siber,” katanya.
Ia juga menyoroti bahwa Universitas Amikom Yogyakarta melalui Program Studi Teknik Komputer telah menyiapkan kurikulum berbasis cyber security, yang mencakup Network Security, Digital Forensics, Ethical Hacking, serta Internet of Things (IoT). Dengan semakin banyaknya serangan digital, permintaan terhadap profesional di bidang cyber security juga semakin meningkat.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga bisa menciptakan solusi keamanan digital untuk dunia industri. Dunia saat ini membutuhkan lebih banyak ahli keamanan siber, dan kami di Amikom berkomitmen untuk mencetak lulusan yang siap menghadapi tantangan tersebut,” pungkasnya.
Dengan suksesnya acara School Zone 2025 di SMAN 1 Temon, Universitas Amikom Yogyakarta berharap dapat terus melakukan edukasi cyber security di berbagai sekolah untuk membangun generasi muda yang lebih sadar akan pentingnya keamanan digital.
Fadya RY – Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional