Kulon Progo, 3 Februari 2025 – Universitas Amikom Yogyakarta menggelar School Zone 2025 di SMKN 2 Pengasih, Kulon Progo, dengan tema “Peningkatan Cyber Security Awareness”. Acara hasil kolaborasi dengan Radio 92.3 MQFM Jogja dan ADI TV, ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada siswa tentang pentingnya kesadaran keamanan siber dalam menghadapi ancaman digital yang semakin meningkat.
Kegiatan ini dihadiri oleh para pakar keamanan siber, akademisi, serta mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta, yang berbagi wawasan mengenai ancaman siber dan cara melindungi diri dari kejahatan digital. Acara ini menjadi langkah nyata dalam menyiapkan generasi muda yang lebih sadar akan pentingnya menjaga data pribadi dan sistem keamanan digital mereka.
Pentingnya Edukasi Keamanan Siber bagi Generasi Muda
Dalam sambutan pembuka, Kepala SMKN 2 Pengasih, Bapak Sumarno, S.Pd., M.T., menyampaikan apresiasi kepada Universitas Amikom Yogyakarta yang telah menghadirkan program edukasi ini. Ia menekankan bahwa keamanan data dan informasi menjadi hal yang krusial di era digital, terutama bagi siswa yang akan memasuki dunia kerja di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
“Kami sangat berterima kasih kepada Universitas Amikom Yogyakarta yang telah berbagi ilmu dan pengalaman tentang keamanan siber kepada para siswa. Banyak dari mereka yang aktif menggunakan teknologi, tetapi belum memahami bagaimana cara melindungi diri dari ancaman digital. Semoga acara ini bisa membuka wawasan mereka tentang pentingnya cyber security,” ujar Sumarno.
Senada dengan itu, Ketua Program Studi Teknik Komputer Universitas Amikom Yogyakarta, Dr. Doni Ariyus, menyoroti rendahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman keamanan siber. Ia mengungkapkan bahwa masih banyak pengguna internet yang tidak menyadari bahaya yang mengintai setiap aktivitas digital mereka.
“Banyak orang menganggap bahwa keamanan digital hanya masalah bagi perusahaan besar atau instansi pemerintah, padahal setiap pengguna internet juga berisiko menjadi korban serangan siber. Tanpa disadari, mereka sering membagikan data pribadi di media sosial, menggunakan password yang mudah ditebak, atau mengklik tautan yang berbahaya. Inilah yang membuat serangan siber semakin marak terjadi,” jelas Dr. Doni.
Ancaman Siber dan Cara Menghindarinya
Dalam sesi utama seminar, Dr. Melwin Syafrizal, pakar cyber security dan salah satu pembuat kebijakan keamanan siber di Indonesia, menyampaikan bahwa serangan siber di Indonesia meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, pada Januari 2025 saja, lebih dari 164.000 kasus serangan siber telah dilaporkan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Ia menjelaskan bahwa serangan yang paling sering terjadi adalah phishing, malware, ransomware, serta pencurian data pribadi. Salah satu ancaman terbesar adalah social engineering, di mana peretas memanipulasi psikologi korban untuk mendapatkan informasi sensitif. Banyak pengguna internet yang secara tidak sadar memberikan data pribadi mereka karena tertipu oleh pesan atau telepon yang mengatasnamakan bank, e-commerce, atau layanan resmi lainnya.
“Serangan siber saat ini bukan hanya mengandalkan teknologi tinggi, tetapi juga memanfaatkan kelalaian manusia. Penipu bisa berpura-pura sebagai pihak bank yang meminta verifikasi data, atau menyamar sebagai teman korban yang meminta kode OTP. Jika kita tidak waspada, kita bisa kehilangan akses ke akun pribadi atau bahkan rekening bank kita sendiri,” tegasnya.
Sementara itu, Wahid Miftahul Ashari, S.Kom., M.T., seorang dosen dan praktisi keamanan siber, membahas berbagai kesalahan umum yang sering dilakukan pengguna internet yang membuat mereka rentan terhadap serangan siber. Banyak orang masih menggunakan password yang sama untuk banyak akun, tidak mengaktifkan Two-Factor Authentication (2FA), serta sembarangan mengklik tautan atau mengunduh aplikasi dari sumber yang tidak resmi.
“Salah satu metode serangan paling berbahaya adalah ransomware, di mana peretas akan mengenkripsi seluruh data korban dan meminta tebusan untuk membuka kembali aksesnya. Ini sering terjadi pada perusahaan, tetapi individu juga bisa menjadi target, terutama jika mereka tidak memiliki sistem keamanan yang baik,” ujar Wahid.
Dalam sesi berikutnya, Tiara Citra Mustika, Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Komputer Amikom, yang saat ini sedang menjalani magang di Forensik Polda DIY, berbagi pengalamannya dalam menangani kasus peretasan akun dan pencurian data pribadi. Ia menjelaskan bagaimana para peretas bekerja dan bagaimana tim forensik digital melacak pelaku kejahatan siber.
“Banyak korban tidak menyadari bahwa akun mereka telah diretas sampai terjadi hal-hal yang mencurigakan, seperti saldo rekening yang tiba-tiba berkurang, atau akun media sosial yang dikendalikan oleh orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memeriksa keamanan akun secara rutin dan menggunakan metode autentikasi yang lebih kuat,” katanya.
Acara ini mendapat sambutan luar biasa dari para siswa SMKN 2 Pengasih. Mereka aktif mengajukan pertanyaan kepada para pembicara, menunjukkan ketertarikan mereka terhadap keamanan siber. Beberapa pertanyaan menarik yang diajukan oleh siswa antara lain cara melindungi akun media sosial dari peretasan, bagaimana mengetahui apakah email kita pernah bocor dalam serangan siber, serta bagaimana cara menangani kasus phishing yang menargetkan pengguna internet.
Acara School Zone 2025 ditutup dengan harapan agar para siswa dapat lebih sadar terhadap keamanan digital mereka dan mulai menerapkan kebiasaan online yang lebih aman.
Dr. Doni Ariyus berharap bahwa edukasi seperti ini dapat terus dilakukan di sekolah-sekolah lain agar semakin banyak generasi muda yang memahami pentingnya cyber security. Dengan meningkatnya ancaman siber di era digital, Dr. Doni menegaskan bahwa keahlian dalam keamanan siber akan menjadi salah satu kompetensi paling dicari di dunia kerja ke depan. Oleh karena itu, Prodi Teknik Komputer Universitas Amikom Yogyakarta terus berkomitmen untuk memperkuat program pendidikannya agar mahasiswa bisa berkontribusi dalam menciptakan ekosistem digital yang lebih aman dan terpercaya.
“Jangan sampai kita menjadi korban kejahatan siber hanya karena kurangnya kesadaran. Mulai sekarang, kita harus lebih waspada dalam menggunakan internet dan memastikan bahwa data pribadi kita tetap aman,” pungkasnya.
Acara ini diakhiri dengan sesi foto bersama serta penyerahan plakat penghargaan dari Universitas Amikom kepada SMKN 2 Pengasih sebagai bentuk apresiasi atas kerja sama dalam menyelenggarakan edukasi cyber security bagi para siswa.
Fadya RY – Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional