Nomi-Ishikawa, Jepang (20 November 2024) – Konferensi Internasional Teknologi Informasi dan Komunikasi ke-7 (ICOIACT 2024) sukses diselenggarakan di Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST). Konferensi ini berlangsung secara hybrid selama satu hari ini dengan mengusung tema “Digital Transformation through Innovation in Robotics, IoT, and AI in the Era of Distance Learning”, mengumpulkan akademisi, peneliti, dan profesional dari seluruh dunia untuk berbagi gagasan dan hasil penelitian di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam sambutannya di ICOIACT 2024, Prof. Dr. Kusrini, M.Kom., selaku ketua panitia, menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta dan mitra yang mendukung acara ini. Ia menekankan pentingnya konferensi ini sebagai forum kolaborasi internasional untuk mendorong inovasi di bidang teknologi.
“ICOIACT 2024 bukan hanya sekadar ajang untuk mempresentasikan penelitian, tetapi juga untuk memperkuat jejaring global demi menghadapi tantangan era digital,” ujarnya. Prof. Dr. Kusrini juga menyampaikan rasa bangganya atas keterlibatan Universitas Amikom Yogyakarta sebagai penyelenggara utama, bekerja sama dengan JAIST, IEEE Nagoya Section, dan IEEE Indonesia Section. Selain itu juga melibatkan mahasiswa yang tergabung dalam IEEE Universitas Amikom Yogyakarta Student Branch untuk teknis acara.
Tahun ini, ICOIACT menerima 166 paper. Dengan seleksi yang ketat, akhirnya 66 makalah berhasil lolos untuk dipresentasikan. Para peserta berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Filipina, India, Amerika Serikat, Australia, Bangladesh, Italia, Cina, Korea Selatan, Laos, Vietnam, dan Malaysia. Konferensi ini menjadi ajang penting bagi 211 penulis dari 12 negara tersebut dan para peserta lainnya untuk berbagi pengetahuan dan temuan terbaru, mencakup topik-topik seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, Internet of Things (IoT), dan analisis sinyal.
Prof. Dr. Naoyuki Kubota – Data X Approach in Machine Learning
Pada sesi pleno pertama ICOIACT 2024, Prof. Dr. Naoyuki Kubota dari Tokyo Metropolitan University menjelaskan bagaimana pendekatan ini dapat mendorong pemanfaatan data secara optimal untuk mendukung transformasi digital yang lebih inklusif dan efektif. Beliau memperkenalkan konsep “Data X Approach”, yang mencakup tiga pilar utama dalam pengolahan data: Data-Driven, Data-Informed, dan Data-Inspired.
Prof. Kubota menjelaskan bahwa pendekatan ini tidak hanya berfokus pada analisis data untuk menghasilkan pola dan prediksi, tetapi juga mendukung pengambilan keputusan berbasis manusia serta menginspirasi inovasi melalui pemanfaatan data skala kecil yang terarah. Menurutnya, metode ini memungkinkan penggunaan data untuk menciptakan solusi yang lebih fleksibel dan mendalam, baik dalam pengembangan teknologi maupun penerapan praktis di masyarakat.
Dalam paparannya, Prof. Kubota juga menyoroti peran penting robotika dalam mendukung masyarakat inklusif. Ia berbagi penelitian tentang penggunaan robot untuk membantu anak-anak dengan gangguan spektrum autisme, di mana interaksi dengan robot mampu meningkatkan keterampilan komunikasi mereka. Selain itu, ia menyoroti pengembangan robot humanoid dan drone kecil yang dirancang untuk mendukung aktivitas di ruang sempit, seperti pengawasan dan pertolongan darurat. Robotika, menurutnya, dapat memberikan solusi inovatif bagi individu yang membutuhkan dukungan fisik maupun kognitif.
Prof. Kubota juga memaparkan penggunaan topological mapping, sebuah metode yang memungkinkan analisis data kompleks dengan cara yang efisien. Metode ini diterapkan pada program “living laboratory” yang dirancang untuk memantau kondisi fisik lansia. Dalam program ini, aktivitas berbasis permainan seperti real escape game digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif dan fisik sambil memberikan pengalaman yang menyenangkan.
Ia menutup presentasinya dengan menegaskan pentingnya kolaborasi dalam memanfaatkan kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan robotika untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. “Teknologi harus menjadi alat untuk menciptakan solusi inklusif yang tidak hanya inovatif, tetapi juga berdampak positif pada kehidupan masyarakat luas,” tuturnya.
Prof. Shinobu Hasegawa, Ph.D – The Future of Digital Transformation in University Education and Research
Selanjutnya, Prof. Shinobu Hasegawa, Ph.D., dari Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST), memaparkan gagasannya tentang transformasi digital di dunia pendidikan tinggi. Dengan tema presentasi “The Future of Digital Transformation in University Education and Research”, ia menekankan bahwa transformasi digital bukan sekadar proses digitasi, melainkan perubahan budaya dalam cara universitas mengelola pendidikan, penelitian, dan kolaborasi.
Prof. Hasegawa menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 telah mempercepat adopsi teknologi digital dalam dunia pendidikan. Namun, menurutnya, transformasi digital yang sejati membutuhkan lebih dari sekadar memindahkan pembelajaran dari ruang fisik ke ruang digital. Ia menegaskan bahwa universitas perlu menciptakan lingkungan pembelajaran baru yang memanfaatkan teknologi untuk mendukung personalisasi pendidikan, meningkatkan interaksi, dan menyediakan akses yang lebih luas bagi para pelajar.
Prof. Hasegawa juga menyoroti langkah-langkah inovatif yang telah diambil oleh JAIST, termasuk pengembangan ruang kelas pintar yang mampu merekam dan mendistribusikan materi pembelajaran secara real-time. Sistem ini memungkinkan mahasiswa untuk mengakses materi kapan saja, mendukung fleksibilitas pembelajaran, dan menjangkau mahasiswa internasional. Selain itu, ia memperkenalkan konsep Learning 5.0, yang mengintegrasikan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi keterlibatan mahasiswa, memberikan umpan balik personal, dan meningkatkan efisiensi proses belajar-mengajar.
Beliau menutup presentasinya dengan menyerukan pentingnya kolaborasi internasional dalam memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif. “Transformasi digital harus dimaknai sebagai kesempatan untuk menciptakan inovasi dalam pendidikan yang tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada kemajuan global,” tuturnya.
Associate Profesor Arief Setyanto, S.Si., M.T., Ph.D – Deep Learning Model Compression for Edge AI
Di Sesi Panel Selanjutnya, Associate Profesor Arief Setyanto, S.Si, M.T., Ph.D., dari Universitas Amikom Yogyakarta memaparkan penelitiannya tentang optimasi model deep learning, dimana dia melakukan pendekatan inovatif untuk mengurangi ukuran model deep learning tanpa mengorbankan akurasi.
Teknologi ini dapat diaplikasikan pada robot terbang (drone) untuk pemantauan lingkungan. Dengan menggunakan model AI yang telah dioptimalkan, drone dapat memproses data secara real-time tanpa harus bergantung pada koneksi jaringan. “Ini menjadi solusi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi konsumsi daya, terutama di area yang tidak terjangkau jaringan internet,” tambah Dr. Arief.
Penelitian ini memanfaatkan teknik kompresi canggih untuk mengurangi jumlah parameter model deep learning. Salah satu teknologi yang digunakan adalah optimalisasi algoritma YOLO untuk deteksi objek. Teknologi ini memungkinkan perangkat kecil untuk menjalankan tugas seperti pengenalan pola dan klasifikasi citra dengan hasil yang setara dengan perangkat berkapasitas tinggi.
Menurut Dr. Arief, teknologi ini dapat memberikan dampak luas di berbagai bidang. “Dari pemantauan kebakaran hutan hingga penggunaan drone untuk mendeteksi perubahan lingkungan, teknologi ini mendukung efisiensi dan keberlanjutan di era digital,” ungkapnya. Penelitian ini juga menjadi bagian dari proyek Sylvanus yang didanai oleh Komisi Eropa, dengan fokus pada pengelolaan kebakaran hutan secara efisien.
Selanjutnya, Dr. Arief juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas institusi dalam mendorong kemajuan teknologi pendidikan. Universitas Amikom Yogyakarta, menurutnya, telah menjalin kemitraan strategis dengan Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST), termasuk program pertukaran akademik dan penelitian bersama. Kerja sama ini telah membuka peluang bagi dosen dan mahasiswa Universitas Amikom untuk terlibat dalam riset mutakhir di bidang kecerdasan buatan (AI), robotika, dan Internet of Things (IoT). Kolaborasi ini juga menjadi langkah penting dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global.
Dalam konteks pendidikan, Dr. Arief menekankan bahwa teknologi harus dimanfaatkan untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih interaktif, fleksibel, dan menyenangkan. Ia memuji JAIST sebagai mitra yang memberikan akses terhadap fasilitas penelitian kelas dunia, termasuk superkomputer dan teknologi canggih lainnya, yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa Indonesia. Hal ini, menurutnya, menunjukkan bagaimana teknologi dapat menjadi jembatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara berkembang.
Sebagai penutup, Dr. Arief mengajak para peserta ICOIACT 2024 untuk terus membangun jaringan internasional guna berbagi pengetahuan dan pengalaman. “Kolaborasi adalah kunci untuk mendorong inovasi yang tidak hanya bermanfaat bagi institusi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat luas,” ungkapnya.
Dalam rangkaian kegiatan ini, panitia ICOIACT juga melakukan penandatangan kerjasama pelaksanaan ICOIACT 2025. ICOIACT yang ke 8 ini akan kembali diselenggarakan di Jepang, tetapi berbeda kota, yaitu di Tokyo. International conference akan dilaksanakan pada Bulan Desember 2025.
Meskipun waktu pelaksanaan masih panjang, Prof. Dr. Kusrini, M.Kom, pada sesi penutupan mengajak para peserta untuk segera menyiapkan papernya, karena kegiatan akan juga diikuti dengan Workshop dan tour di Jepang. Untuk mempersiapkan lebih matang semua keperluan, maka call for paper akan dibuka lebih cepat.
Fadya RY – Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional
Koresponden:
Kusrini (ICOIACT 2024), Sumarni Adi (IEEE Universitas Amikom Yogyakarta Student Branch)