
Purwokerto, 25 Oktober 2025 – Dua mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Universitas AMIKOM Yogyakarta, Alvito Afriansyah dan Yosep Kurniawan (angkatan 2022), berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan menembus 16 besar nasional dalam ajang Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI) 2025 yang digelar secara luring pada 20–25 Oktober 2025 di Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto.
KDMI sendiri merupakan kompetisi debat Bahasa Indonesia bergengsi yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemendikbudristek, beriringan dengan National University Debating Championship (NUDC). Sebelum melangkah ke panggung nasional, Alvito dan Yosep lebih dulu berhasil menembus peringkat ke-4 dalam seleksi LLDIKTI Wilayah V, yang berlangsung pada 27–28 September 2025 dan diikuti oleh 24 perguruan tinggi. Dari hasil tabulasi poin enam babak penyisihan dengan format British Parliamentary, tim AMIKOM masuk dalam tujuh besar kampus terbaik yang berhak maju ke tingkat nasional.
Setelah memastikan tiket ke nasional, Yosep dan Alvito hanya memiliki waktu dua minggu untuk mempersiapkan diri. Bersama pihak Direktorat Kemahasiswaan Universitas AMIKOM Yogyakarta, mereka menjalani 10 sesi pelatihan yang melibatkan Coach baik dari internal maupun eksternal dari Universitas Negeri Yogyakarta, IPB University dan Universitas Hasanuddin.
“Kami latihan setiap malam setelah magang. Waktu terbatas, tapi semangatnya besar. Bahkan kadang kami membangun argumen sambil berlari ke ruang debat karena lokasi pengumuman dan ruang lomba berbeda,” ungkap Yosep.
Dukungan penuh juga datang dari Direktorat Kemahasiswaan Universitas AMIKOM Yogyakarta, yang menanggung akomodasi, transportasi, dan pembiayaan kompetisi. Bagi keduanya, dukungan kampus adalah penyemangat terbesar dalam menghadapi persaingan ketat di level nasional.
Arena Nasional yang Penuh Tantangan
KDMI Nasional 2025 diikuti oleh 96 perguruan tinggi terbaik dari seluruh Indonesia. Setiap tim harus melewati enam ronde debat dengan format British Parliamentary dan tema-tema aktual seperti pendidikan, sosial, dan teknologi. Bagi Yosep dan Vito, tekanan terbesar bukan hanya dari kualitas lawan, tetapi juga dari sistem lomba yang cepat dan dinamis.
“Yang paling menegangkan itu momen saat mosi diumumkan. Kami hanya punya 15 menit untuk membangun argumen, bahkan harus sambil jalan cepat ke ruang debat karena tempatnya terpisah,” kenang Yosep.
Dalam salah satu ronde, mereka bahkan harus berhadapan langsung dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), IPB University, dan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) — tiga kampus yang dikenal sebagai langganan juara KDMI.
“Kami kaget waktu tahu lawannya. Tapi itu juga jadi kebanggaan tersendiri bisa satu ruangan dengan mereka. Kami merasa, ‘oke, berarti kami sudah di level yang sama,’” kata Vito.
Meski sempat pesimis di awal, Yosep dan Vito akhirnya mencatat hasil gemilang: masuk ke 16 besar nasional dan menempati peringkat ke-11 dari 96 universitas. Capaian ini menjadi sejarah baru bagi AMIKOM Yogyakarta di ajang KDMI.
“Awalnya kami pikir bakal langsung pulang setelah enam ronde. Tapi ternyata kami bisa break ke 16 besar. Itu benar-benar di luar ekspektasi,” ujar Yosep.

Pelajaran di Balik Panggung Debat
Bagi Yosep dan Vito, KDMI bukan sekadar ajang adu argumen, melainkan arena pembelajaran tentang berpikir kritis, ketahanan mental, dan kecerdasan emosional.
“Debat melatih saya untuk melihat isu dari berbagai sisi. Dulu saya gampang menentukan siapa yang benar, tapi sekarang saya lebih berhati-hati dan analitis,” ungkap Yosep.
“Buat saya, ini latihan mengendalikan emosi. Di atas panggung, kita nggak bisa asal bicara. Harus tetap logis dan empatik meski di bawah tekanan,” kata Vito menambahkan.
Selain itu, mereka juga mendapatkan relasi baru dengan para debater dari berbagai kampus serta juri nasional yang memberikan banyak feedback konstruktif untuk meningkatkan kualitas argumen mereka.
Usai kompetisi, Yosep dan Vito berkomitmen untuk tidak berhenti di sini. Keduanya berencana membentuk komunitas debat Bahasa Indonesia di AMIKOM, yang akan menjadi wadah pelatihan dan kaderisasi bagi mahasiswa yang tertarik di bidang argumentasi dan komunikasi publik.
“Target kami bukan sekadar juara, tapi membangun budaya debat di AMIKOM. Karena debat itu bukan hanya tentang menang, tapi tentang berpikir kritis dan berani bicara,” tutup Vito.
Yohanes William Santoso, S.Hub.Int., M.Hub.Int., selaku dosen pembimbing, menyampaikan apresiasi terhadap dedikasi dan kerja keras keduanya.
“Yosep dan Vito telah menunjukkan kedewasaan berpikir, empati, dan kemampuan analisis yang tajam. Mereka membuktikan bahwa mahasiswa AMIKOM bisa bersaing di level nasional dengan integritas dan intelektualitas tinggi,” ujarnya.
Perjuangan Yosep dan Vito bukan hanya meninggalkan prestasi, tetapi juga semangat baru bagi mahasiswa AMIKOM lainnya untuk berani berkompetisi di ajang akademik nasional dan menumbuhkan budaya komunikasi intelektual di kampus.

Fadya RY – Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional
In Collaboration With : Yohanes William Santoso
Koresponden : Alvito Afriansyah, Yosep Kurniawan




