Rektor Universitas AMIKOM Yogyakarta, Prof. Dr. M. Suyanto, M.M., menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Yogyakomtek 2025 bertema “Membuat Film Animasi Kelas Dunia dengan Post-Production Berbasis AI”, yang digelar di Student Center Lantai 2, Ruang Seminar Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM, Rabu (1/10). Kegiatan Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian Yogyakomtek 2025 yang berlangsung dari 27 September hingga 1 Oktober 2025.
Dalam paparannya, Prof. Suyanto menegaskan bahwa teknologi Artificial Intelligence (AI) kini berperan besar dalam mempercepat dan menyempurnakan proses pasca-produksi (post-production) film animasi, tanpa menggantikan kreativitas manusia di baliknya.
“AI bukanlah pengganti manusia, melainkan alat bantu untuk mempercepat pekerjaan dalam tahap pasca-produksi. Kreativitas, perasaan, dan karakter manusia tetap menjadi inti dari karya film,” tegasnya di hadapan peserta seminar.
Beliau menjelaskan bahwa dengan bantuan teknologi AI, proses penyuntingan dan penyempurnaan visual dapat dilakukan dengan lebih efisien, misalnya pada peningkatan resolusi gambar (upscaling) dan pewarnaan (color grading).
“Dulu satu detik animasi memerlukan tiga puluh frame yang digambar satu per satu. Sekarang, dengan AI, cukup frame pertama dan terakhir, dan hasilnya bisa muncul dalam beberapa detik,” jelas Prof. Suyanto
Lebih lanjut, Prof. Suyanto menjelaskan bahwa kemajuan teknologi seharusnya tidak membuat manusia kehilangan jati diri. Ia menekankan pentingnya karakter dan orisinalitas sebagai kekuatan utama di tengah derasnya arus otomatisasi digital.
“Karakter adalah hal yang membedakan karya manusia dengan mesin. AI bisa meniru bentuk, tapi tidak bisa meniru jiwa,” tegasnya.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta menanyakan apakah AI di masa depan dapat mengambil alih pekerjaan kreator film. Prof. Suyanto dengan tegas menjawab bahwa AI tidak dapat menggantikan intuisi, empati, dan rasa seni manusia. Menurutnya, yang perlu dilakukan justru memanfaatkan teknologi untuk memperkuat kemampuan manusia, bukan sebaliknya.
Selanjutnya, Prof. Yanto juga menambahkan bahwa inti kekuatan film bukan terletak pada kecanggihan teknologi, melainkan pada kemampuan cerita menyentuh hati penonton. Ia menegaskan, teknologi hanya menjadi alat bantu untuk memperkuat pesan dan emosi yang dibangun dalam narasi.
“AI atau teknologi hanyalah alat. Tanpa cerita yang kuat, film hanya akan menjadi tontonan tanpa makna. Yang membuat penonton tersentuh adalah nilai kemanusiaan di dalam ceritanya,” tegasnya di hadapan peserta seminar
Seminar yang berlangsung interaktif ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai latar belakang, termasuk mahasiswa, kreator muda, dan profesional industri kreatif. Sebagai bagian dari partisipasinya dalam Yogyakomtek 2025, Universitas AMIKOM Yogyakarta juga membuka stand pameran di area GIK UGM, menampilkan karya-karya inovatif mahasiswa di bidang animasi, teknologi, dan ekonomi kreatif, serta memperkenalkan berbagai program unggulan kampus yang mendukung kolaborasi antara kreativitas dan teknologi.
Fadya RY – Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional
Koresponden: M. Suyanto
Foto By Rafi