Kembangkan Inovasi Pakan Ternak Berbasis IoT dan AI, Dr. Ferry Terima Pendanaan Hilirisasi Riset 2025

15 September 2025 | Berita Utama

Dosen Universitas Amikom Yogyakarta, Dr. Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs., berhasil meraih Pendanaan Pra Studi Kelayakan Produk Hasil Riset pada Program Hilirisasi Riset Prioritas Skema Dorongan Teknologi Tahun 2025. Keputusan ini diumumkan melalui Surat Keputusan Direktur Hilirisasi dan Kemitraan Nomor 0572/C4/AL.04/2025 yang dirilis pada 9 September 2025 oleh Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

Program Hilirisasi Riset merupakan inisiatif strategis pemerintah untuk mempercepat penerapan hasil riset perguruan tinggi hingga ke tahap industrialisasi. Program ini memberi pendanaan dua tahap: tahun pertama untuk pembuatan model dan prototipe, serta tahun kedua untuk produksi massal dan penerapan langsung di masyarakat atau industri. Skema ini diharapkan mendorong terciptanya inovasi yang berdampak langsung, sekaligus meningkatkan daya saing nasional.

Dr. Ferry menjelaskan bahwa proses mengikuti Program Hilirisasi Riset dimulai dengan pengajuan proposal melalui sistem BIMA. Proposal harus memuat model riset yang siap dihilirisasi, rencana produksi massal, serta dampak nyata yang diharapkan. Setelah pengajuan, proposalnya melalui tahap review substansi oleh asesor, termasuk evaluasi kelayakan teknologi dan potensi komersialisasi.

“Tahun pertama kami diarahkan membuat model dan prototipe, sedangkan pada tahun kedua fokus pada implementasi dan produksi massal. Proses seleksi cukup ketat karena setiap aspek proposal, mulai dari anggaran hingga kesiapan teknologi, diperiksa secara detail,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa setelah proposal dinyatakan lolos, dilakukan perjanjian pendanaan antara Kementerian, LLDIKTI, dan pihak kampus, serta perjanjian kerja sama dengan mitra industri untuk memastikan kesiapan implementasi.

Penerapan IoT & AI untuk Meningkatkan Pakan Ternak Berkualitas Tinggi

Dalam program Hilirisasi Riset ini, Dr. Ferry mengajukan penelitian berjudul “Perangkat Teknologi Pembuatan Pakan Ternak Hidroponik Rumput Barley Berbasis Wireless Sensor Networks dan Internet of Things”. Inovasi ini memanfaatkan wireless sensor network (WSN), Internet of Things (IoT), dan Artificial Intelegence (AI) untuk memantau kondisi pertumbuhan rumput barley secara real-time – mulai dari tinggi tanaman, potensi penyakit, hingga kualitas nutrisi. Data ini kemudian dianalisis menggunakan algoritma AI berbasis klasifikasi untuk menentukan kualitas tanaman. Dengan cara ini, hanya rumput yang memenuhi standar nutrisi optimal yang akan dipanen dan dijadikan pakan.

“Kami merancang sistem agar peternak bisa memantau kondisi pakan dari mana saja. AI membantu mengklasifikasikan kualitas rumput, sehingga produktivitas ternak lebih terjamin,” ungkap Dr. Ferry.

Dr. Ferry berkolaborasi dengan perusahaan mitra Virtus Elsyafawi, sebuah perusahaan yang fokus pada pengembangan solusi agrikultur. Kemitraan ini tidak hanya bertujuan menghasilkan produk riset, tetapi juga membangun ekosistem inovasi yang dapat direplikasi oleh pelaku usaha kecil di sektor pertanian.

Implementasi program akan dilakukan di wilayah Klaten, bekerja sama dengan kelompok peternak yang selama ini mengandalkan pakan dari rumput ilalang dan sisa makanan. Dengan teknologi ini, peternak diharapkan mendapatkan akses ke pakan hidroponik berkualitas tinggi dengan masa panen sekitar 14 hari, sehingga produktivitas dan efisiensi usaha dapat meningkat.

Dalam kesempatan tersebut, Dr. Ferry juga menyoroti pentingnya menghidupkan kembali minat generasi muda pada sektor pertanian dan peternakan. Menurutnya, banyak pemuda desa yang lebih memilih bekerja di kota, sehingga perlu ada terobosan yang membuat pertanian dan peternakan menjadi bidang yang menarik dan menjanjikan.

“Jika kita tidak fokus mengembangkan desa, mata pencaharian berbasis pertanian akan semakin berkurang. Dengan inovasi ini, saya berharap ada motivasi baru bagi masyarakat desa untuk kembali menekuni pertanian dan peternakan,” tambahnya.

Dr. Ferry menyampaikan bahwa pencapaian beliau dalam Program Hilirisasi Riset 2025 ini, bukan hanya sebagai pencapaian pribadi, tetapi sebagai langkah awal untuk mendorong terciptanya inovasi yang berkelanjutan. Ia berharap riset yang dilakukan dosen tidak hanya menghasilkan prototipe, tetapi juga berkembang menjadi produk yang dapat dimanfaatkan secara luas.

“Saya ingin inovasi yang kami hasilkan tidak berhenti di laporan atau jurnal, tetapi terus dikembangkan hingga siap diproduksi massal dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Semakin banyak riset yang berujung pada paten dan hak cipta, semakin kuat peran perguruan tinggi dalam menciptakan ekosistem inovasi nasional,” ujarnya.

Menurutnya, hilirisasi riset harus menjadi budaya di perguruan tinggi agar setiap penelitian memiliki arah yang jelas dan berkontribusi terhadap solusi nyata, mendukung ketahanan pangan, dan memperkuat posisi akademisi di industri.

Fadya RY – Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional
Koresponden : Ferry Wahyu Wibowo