Yogyakarta, 24 September 2025 – Dosen Universitas AMIKOM Yogyakarta, Afrig Aminuddin, S.Kom., M.Eng., Ph.D., meraih Hadiah Kecemerlangan Akademik Graduan Antarabangsa kategori Pascasiswazah (Penelitian) dari Universiti Malaysia Pahang Al-Sultan Abdullah (UMPSA). Keputusan ini diambil melalui Mesyuarat Senat UMPSA Ke-237 Bil. 8/2025 pada 11 September 2025 dan akan diserahkan dalam Majlis Konvokesyen Ke-20 UMPSA pada November 2025.
Sejak memulai program doktoralnya pada April 2021 hingga lulus Januari 2025 lalu, Afrig menunjukkan produktivitas akademik yang menonjol. Ia berhasil menghasilkan sembilan publikasi internasional terkait langsung dengan tesisnya di bidang image processing dan image authentication.
Inovasi Otentikasi dan Self-Recovery Citra Digital dalam Disertasi Doktoral Afrig
Dalam menyelesaikan program Doktornya di UMPSA, Afrig melakukan disertasi doktoralnya, yang berjudul “Authentication and Self-Recovery Using a New Image Inpainting Technique with LSB Shifting”. Penelitian ini mengkaji metode untuk mendeteksi manipulasi pada gambar digital sekaligus memulihkan bagian yang rusak atau diubah. Dengan pendekatan image inpainting berbasis Least Significant Bit (LSB) Shifting, penelitian ini memberikan kontribusi nyata bagi bidang keamanan data visual di era maraknya manipulasi digital.
Pada Penelitian ini, Afrig mengembangkan skema fragile watermarking, yang menyisipkan data autentikasi langsung ke dalam citra. Dengan pendekatan ini, sistem mampu melokalisasi area yang dimanipulasi secara presisi dan melakukan self-recovery menggunakan teknik image inpainting.
“Sederhananya, jika ada gambar digital yang diedit oleh orang lain, penelitian ini mengembangkan cara agar kita bisa mengetahui bagian mana yang diubah. Tidak hanya itu, sistem ini juga memungkinkan bagian yang sudah diubah tadi dikembalikan seperti gambar aslinya,” terangnya.
Strategi Afrig Dalam Melakukan Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Afrig menuturkan bahwa Kunci produktivitas publikasi ada pada disiplin dan konsistensi. Dan Proses dalam melakukan publikasi ilmiah, tidak selalu mudah. Artikel pertamanya bahkan harus melalui 22 kali revisi sebelum akhirnya diterbitkan.
“Setiap dua atau tiga hari, saya wajib melaporkan perkembangan kepada promotor. Satu artikel pertama bisa sampai 22 kali revisi. Dari situ saya belajar bahwa menulis ilmiah butuh proses panjang dan ketekunan,” jelasnya
Selain itu, Afrig juga menyoroti bahwa kolaborasi adalah faktor besar yang mendorong banyaknya publikasi. Ia menjalin kerja sama riset dengan peneliti dari berbagai negara seperti Bangladesh, Maroko, Irak, India, Sri Lanka, Peru, hingga Afrika. “Banyak artikel saya lahir dari kolaborasi. Prinsipnya sederhana: saya bantu mereka, mereka juga membantu saya dalam publikasi ilmiah. Dengan begitu, karya bersama bisa berkembang lebih luas,” tuturnya
Menurutnya, kolaborasi tidak sekadar memperbanyak jumlah publikasi, tetapi juga memperkaya perspektif penelitian. “Riset tidak bisa hanya dikerjakan sendiri. Dengan kolaborasi, ide saling melengkapi dan hasilnya lebih kuat,” tambahnya
Kepada peneliti muda, Afrig memberikan pesan agar tidak mudah menyerah ketika menemui hambatan dalam menulis. “Kesulitan itu biasanya karena kurang membaca. Banyak yang terjebak ingin langsung membuat sesuatu yang benar-benar baru, padahal bisa dimulai dengan meniru langkah penelitian sebelumnya. Ikuti langkah penulis sebelumnya, lalu lakukan re-experimen. Setelah itu, lakukan perbaikan kecil agar hasilnya lebih baik,” Pesannya.
Fadya RY – Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional
Koresponden : Afrig Aminuddin