Widya Parama Smadaba ke-5: Guru SMA Negeri 2 Bantul Dapat Edukasi Keamanan Siber dari Universitas Amikom Yogyakarta

10 February 2025 | Berita Utama

Bantul, 7 Februari 2025 – Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang keamanan siber di lingkungan pendidikan, SMA Negeri 2 Bantul menggelar Widya Parama Smadaba ke-5 bekerja sama dengan Program Studi Teknik Komputer Universitas Amikom Yogyakarta. Acara ini diadakan setelah School Zone 2025, namun kali ini difokuskan bagi para guru dan tenaga kependidikan, guna membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan terkait ancaman digital serta strategi perlindungan data pribadi maupun institusi.

Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala SMA Negeri 2 Bantul, Isti Fatimah, M.Pd., yang menyoroti bahwa banyak tenaga pendidik yang belum menyadari ancaman digital yang bisa menyerang sistem administrasi sekolah maupun data pribadi mereka. Ia menyebutkan bahwa banyak kasus pencurian data yang terjadi di berbagai institusi pendidikan, di mana informasi siswa maupun tenaga pendidik disalahgunakan untuk berbagai kejahatan digital, seperti pinjaman online ilegal, pencurian akun media sosial, hingga peretasan sistem akademik.

“Keamanan digital bukan hanya tanggung jawab tim IT, tetapi kita semua. Jika kita tidak memahami bagaimana melindungi data pribadi dan informasi penting sekolah, maka kita bisa menjadi korban kejahatan digital,” ujarnya.

Ia juga mengapresiasi Universitas Amikom Yogyakarta yang telah bekerja sama dengan SMA Negeri 2 Bantul dalam menyelenggarakan workshop ini, sehingga para guru dapat memahami bagaimana cara melindungi data mereka sendiri serta memberikan edukasi kepada siswa tentang keamanan siber.

Selanjutnya, Ketua Program Studi Teknik Komputer Universitas Amikom Yogyakarta, Dr. Doni Ariyus, M.Kom., menyoroti bahwa Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar dalam bidang keamanan siber. Ia menjelaskan bahwa banyak data pribadi masyarakat Indonesia telah bocor dan beredar di internet, termasuk dari institusi pemerintahan, keuangan, hingga pendidikan.

“Banyak orang masih menganggap remeh keamanan digital, padahal saat ini kita sedang berada dalam situasi darurat cyber security. Hampir setiap minggu ada laporan kebocoran data, baik dari perusahaan swasta, institusi pemerintahan, maupun lembaga pendidikan,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa dunia pendidikan menjadi salah satu target utama serangan siber karena banyaknya data yang tersimpan di dalam sistem akademik. Oleh karena itu, para guru dan tenaga kependidikan perlu memahami dasar-dasar keamanan digital untuk mencegah kebocoran informasi dan serangan digital lainnya.

Dalam sesi pertama seminar, Dr. Melwin Syafrizal, pakar keamanan siber dan pembuat kebijakan cyber security di Indonesia, memaparkan bahwa dunia pendidikan menjadi salah satu target utama serangan siber, dengan banyaknya kasus pencurian data pribadi siswa dan tenaga pendidik. Ia menjelaskan bahwa berbagai jenis serangan seperti phishing, malware, ransomware, dan social engineering semakin sering terjadi di institusi pendidikan.

Peretas memanfaatkan kelalaian pengguna, seperti mengklik tautan mencurigakan atau memberikan informasi login secara tidak sadar, untuk mengakses sistem akademik atau data pribadi.

Selain itu, ia menyoroti dampak kebocoran data yang bisa mengarah pada penyalahgunaan informasi untuk pinjaman online ilegal, pembuatan identitas palsu, hingga peretasan akun penting. Banyak korban baru menyadari bahwa informasi mereka telah digunakan setelah mengalami kerugian finansial atau kehilangan akses ke akun mereka.

“Sekolah dan institusi pendidikan menyimpan banyak informasi berharga, mulai dari data pribadi siswa, nilai akademik, hingga data administrasi sekolah. Jika tidak dikelola dengan baik, data ini bisa menjadi target empuk bagi para peretas yang ingin menyalahgunakannya untuk kepentingan tertentu,” jelasnya.

Dalam sesi berikutnya, Wahid Miftahul Ashari, S.Kom., M.T., dosen dan praktisi keamanan siber, menjelaskan bahwa kesalahan umum pengguna internet sering kali menjadi penyebab utama serangan digital.

Ia menyoroti bahwa banyak tenaga pendidik yang menggunakan password yang lemah dan sama untuk banyak akun, sehingga jika satu akun diretas, akun lainnya juga berisiko terkena dampaknya. Selain itu, banyak pengguna yang masih belum mengaktifkan Two-Factor Authentication (2FA), padahal fitur ini bisa memberikan perlindungan tambahan untuk akun penting seperti perbankan dan sistem akademik.

Wahid juga membahas tren kejahatan digital terbaru, seperti penggunaan deepfake untuk manipulasi identitas, aplikasi palsu yang mengandung malware, serta pencurian data pribadi dari media sosial. Ia menekankan bahwa pengguna internet sering kali menjadi korban karena kurangnya kesadaran tentang risiko digital.

Antusiasme Guru SMA Negeri 2 Bantul

Workshop ini mendapat respon positif dari para guru SMA Negeri 2 Bantul. Sesi tanya jawab dipenuhi oleh berbagai pertanyaan, mengenai cara melindungi data pribadi, bagaimana mengenali email phishing, serta bagaimana memastikan bahwa informasi yang mereka simpan dalam sistem sekolah tetap aman.

Salah satu peserta, Budi Santoso, seorang guru di SMA Negeri 2 Bantul, menyatakan bahwa ia baru menyadari betapa pentingnya keamanan siber setelah mengikuti workshop ini.

“Saya biasanya tidak terlalu peduli dengan keamanan akun saya, tetapi setelah mengikuti acara ini, saya jadi tahu bahwa banyak data pribadi yang bisa disalahgunakan jika kita tidak berhati-hati. Sekarang saya akan lebih berhati-hati dalam memilih password dan mengaktifkan 2FA di akun penting saya,” ungkapnya.

Sementara itu, Isti Fatimah, M.Pd., menutup acara dengan harapan bahwa para guru dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dan juga membimbing siswa untuk lebih peduli terhadap keamanan digital.

“Kami berterima kasih kepada Universitas Amikom atas kerja sama yang luar biasa ini. Kami berharap ini bukan hanya sekadar workshop, tetapi menjadi awal dari kesadaran baru bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap keamanan digital di dunia pendidikan,” pungkasnya.

Dengan adanya Widya Parama Smadaba ke-5, diharapkan para tenaga pendidik dapat lebih waspada terhadap ancaman siber serta mampu melindungi data pribadi dan akademik dari berbagai risiko kejahatan digital.

Fadya RY – Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional