Festival Film Indonesia di Afrika Selatan Tayangkan Battle of Surabaya, Angkat Kisah Perjuangan Indonesia ke Panggung Internasional

16 November 2024 | Berita Utama

Cape Town, 12 November 2024 – Festival Film Indonesia (FFI) di Cape Town, Afrika Selatan, menyedot perhatian para penonton dengan menayangkan film animasi “Battle of Surabaya.” Film ini diputar dalam acara yang berlangsung di Gallileo Open Air Cinema Kirstenbosch Garden dan Labia Theatre, Cape Town, pada 11-12 November 2024. Konsul Jenderal Republik Indonesia di Cape Town, Tudiono, dalam sambutannya menyampaikan kebanggaan terhadap film animasi ini yang sukses merepresentasikan semangat juang bangsa Indonesia dan memperoleh pengakuan dunia.

Festival ini bertepatan dengan peringatan 10 November, Hari Pahlawan, yang mengingatkan pada peristiwa bersejarah Pertempuran Surabaya tahun 1945. Tudiono menuturkan sejarah singkat pertempuran yang melibatkan rakyat Indonesia melawan pasukan Sekutu. Semangat perlawanan ini mendapat perhatian dunia internasional yang akhirnya mendorong diadakannya negosiasi untuk kemerdekaan Indonesia.

“Battle of Surabaya” menjadi sorotan karena telah memenangkan 42 penghargaan internasional, termasuk di Hollywood. Dalam kesempatan ini, sang sutradara sekaligus penulis film, Prof. Dr. M. Suyanto, turut hadir di Cape Town untuk berbagi kisah di balik pembuatan film animasi ini. Film ini tak hanya menceritakan sejarah, tetapi juga memukau dunia dengan kualitas animasinya yang membanggakan Indonesia di ranah perfilman global.

Tudiono menggarisbawahi, “Film ini bukan hanya sebuah cerita sejarah, tapi juga perwujudan dari determinasi dan semangat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.” Kehadiran Prof. Suyanto, yang dikenal luas di Hollywood, semakin memperkuat posisi film ini sebagai karya anak bangsa yang mendunia.

Prof. Suyanto Ungkap Kunci Sukses Battle of Surabaya dan Pentingnya Film Animasi Indonesia di Festival Film Indonesia di Cape Town Afrika Selatan

Selain “Battle of Surabaya,” FFI Cape Town juga menampilkan deretan film unggulan Indonesia lainnya seperti “Ipar adalah Maut,” “Jiwa Jagad Jawi,” dan “Pengabdi Setan.” Di samping itu, festival ini memperkenalkan beberapa film pendek, termasuk “Hikayat Ajisaka,” “Onde Mande,” “Teka,” “Basuki and the Person He Met,” serta “Betawi Traditional Artist During Pandemic.”

“Hikayat Ajisaka,” sendiri merupakan karya animasi dari PT. MSV Studio dengan durasi 30 menit 24 detik. Film ini bercerita tentang Ajisaka, sosok legendaris yang diyakini sebagai pencipta aksara Jawa atau yang dikenal dengan Ha-Na-Ca-Ra-Ka. Menariknya, film ini mengusung desain karakter yang menyerupai wayang kulit, membawa nuansa tradisi dan budaya Nusantara ke dalam format animasi modern yang atraktif.

Tudiono berharap melalui festival ini, kerja sama budaya dan industri film antara Indonesia dan Afrika Selatan dapat semakin erat. Selain memperkenalkan karya-karya perfilman Indonesia, FFI Cape Town juga menjadi jembatan yang mempertemukan Indonesia dan Afrika Selatan dalam semangat kolaborasi kreatif untuk kemajuan bersama.

Festival Film Indonesia di Cape Town menjadi bukti bahwa karya film Indonesia kini makin diapresiasi di panggung internasional. Melalui FFI, semangat perjuangan dan kreatifitas Indonesia tidak hanya menyebar dalam negeri, tetapi juga di Afrika Selatan, mempererat hubungan kedua negara.

Sumber Video Indonesia Film Festival: https://www.instagram.com/indonesiaincapetown/reel/DCEwg8bsMtE/

Fadya RY –
Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional