Cape Town, 12 November 2024 – Rektor Universitas Amikom Yogyakarta, Prof. Dr. M. Suyanto, MM, yang juga merupakan produser dan sutradara dari film animasi pemenang penghargaan Battle of Surabaya, tampil dalam talkshow khusus pada Pasar Rakyat dan Festival Film Indonesia di Konsulat Jenderal RI Cape Town, Afrika Selatan. Acara ini, yang berlangsung pada 10 hingga 12 November 2024, bertujuan memperkenalkan budaya Indonesia kepada publik internasional, terutama komunitas Cape Malay yang memiliki ikatan sejarah dengan Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Suyanto mengungkap perjalanan kreatif dan tantangan yang ia hadapi dalam menghasilkan Battle of Surabaya. Film ini telah memenangkan 42 penghargaan internasional, termasuk dari Hollywood, dan menceritakan peristiwa bersejarah Pertempuran Surabaya pada tahun 1945. “Kisah ini penting karena tidak hanya menggambarkan sejarah Indonesia, tetapi juga menyampaikan pesan tentang keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air. Semangat perjuangan inilah yang menarik minat dunia,” ungkap Prof. Suyanto.
Pemutaran Battle of Surabaya pada 10 November di Galileo Open Air Cinema menjadi momen spesial, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Indonesia. Melalui film ini, ia berharap masyarakat internasional dapat lebih memahami perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan, yang diwakili oleh semangat para pahlawan di Surabaya.
Kunci Sukses dan Tantangan di Balik Battle of Surabaya
Prof. Suyanto menjelaskan bahwa Battle of Surabaya menjadi film animasi yang sukses karena perpaduan antara kualitas visual, kekuatan cerita, dan keunikan budaya Indonesia yang ditampilkan. Ia menekankan pentingnya memiliki tim yang solid dan terampil, serta berkomitmen untuk menjaga standar tinggi. “Kami di MSV Studio bekerja keras memastikan setiap elemen visual dan cerita di Battle of Surabaya memenuhi standar internasional. Kolaborasi dengan berbagai talenta muda, terutama dari Universitas Amikom Yogyakarta, juga menjadi kunci untuk menghasilkan karya yang diakui dunia,” jelasnya.
Dalam diskusi, Prof. Suyanto juga menekankan pentingnya membawa cerita-cerita lokal Indonesia ke tingkat internasional. Ia menyampaikan bahwa salah satu tantangan utama adalah mengadaptasi cerita tradisional agar dapat diterima oleh audiens global tanpa menghilangkan esensi budayanya. Sebagai contoh, dalam proyek film animasi terbarunya Aji Saka and the Flower of Life, karakter dan latar cerita diadaptasi untuk memenuhi selera internasional namun tetap mempertahankan identitas budaya Indonesia. “Kami ingin dunia melihat keindahan dan kekayaan budaya Indonesia melalui cerita-cerita lokal yang kami angkat, namun tentu dengan pendekatan visual dan narasi yang bisa dinikmati oleh semua orang,” tambahnya.
Prof. Suyanto juga menjelaskan bahwa proyek Aji Saka melibatkan kolaborasi dengan studio ternama dan animator Hollywood, termasuk dari Pixar. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas produksi dan memberikan perspektif baru dalam pengembangan animasi, agar film ini dapat diterima secara luas di pasar global.
Kolaborasi dan Jaringan Internasional untuk Masa Depan Animasi Indonesia
Selama talkshow, Prof. Suyanto menekankan pentingnya kolaborasi dengan jaringan internasional untuk memperkuat posisi animasi Indonesia di pasar dunia. Ia bercerita tentang kerja samanya dengan United Talent Agency dan beberapa tokoh Hollywood, seperti sutradara pemenang Oscar yang turut mendukung proyek animasinya. “Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas produksi, tetapi juga membuka peluang baru bagi animator dan pembuat film Indonesia untuk bersaing di kancah internasional,” kata Prof. Suyanto.
Selain itu, Prof. Suyanto juga mendorong para peserta, yang terdiri dari komunitas lokal dan diaspora Indonesia, untuk mendukung industri film nasional. Menurutnya, kesuksesan film Indonesia di pasar global akan membantu memperkenalkan budaya Indonesia lebih luas dan menumbuhkan apresiasi terhadap karya seni lokal.
Di akhir sesi, Prof. Suyanto mengajak para hadirin untuk berani mengeksplorasi dan mengangkat cerita-cerita lokal Indonesia melalui film. “Cerita adalah jiwa dari sebuah peradaban. Dengan mengangkat kisah-kisah lokal, kita tidak hanya memperkenalkan budaya Indonesia, tetapi juga memperkuat identitas kita di dunia internasional,” tutupnya.
Pasar Rakyat dan Festival Film Indonesia ini menjadi sarana penting bagi masyarakat internasional di Cape Town untuk mengenal lebih dekat kebudayaan Indonesia. Selain talkshow dan pemutaran film, acara ini juga menampilkan fashion show batik, musik tradisional, dan berbagai produk UMKM Indonesia yang semakin menambah semarak hubungan budaya antara Indonesia dan Afrika Selatan.
Fadya RY –
Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional