Melwin Syafrizal Raih Gelar Ph.D di Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM), Gagas Kerangka Keamanan Siber untuk SPBE Indonesia

13 November 2024 | Berita Utama

Melwin Syafrizal, S.Kom., M.Eng., Ph.D, dosen Universitas Amikom Yogyakarta, berhasil menyelesaikan studi doktoral-nya di Faculty of Information and Communications Technology, Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM). Melwin Resmi meraih gelar Doctor of Philosophy setelah di wisuda dalam UTeM Convocation Ceremony ke-20 yang berlangsung pada 9-11 November 2024 di Dewan Cancelor, Kampus Terpadu Durian Tunggal, Melaka.

Melalui disertasinya yang berjudul “A Cyber Security Framework for Indonesian e-Government,” Melwin merancang sebuah kerangka keamanan siber yang ditujukan khusus untuk melindungi sistem pemerintahan berbasis elektronik (e-government) Indonesia dari ancaman peretasan.

Melwin menjelaskan bahwa kerangka keamanan siber yang dikembangkannya dirancang untuk membantu pemerintah Indonesia merespons dan mengantisipasi ancaman siber yang terus meningkat. “Serangan siber terhadap sistem e-government Indonesia sering kali terjadi karena kurangnya pengetahuan, dan keterampilan, termasuk minimnya panduan dan ketiadaan framework yang komprehensif untuk mengelola risiko ini,” ujar Melwin.

Dia menguraikan bahwa framework ini dirancang tidak hanya untuk deteksi dini dan pencegahan serangan, tetapi juga untuk tindakan mitigasi dan pemulihan sistem secara cepat jika terjadi serangan.

Framework yang diusulkan Melwin mencakup beberapa langkah penting, mulai dari analisis kebutuhan keamanan, membuat profil keamanan, implementasi proteksi dan deteksi keamanan, hingga monitoring dan evaluasi sistem keamanan secara berkala. “Saya berharap framework ini dapat menjadi panduan untuk pengelola SPBE di seluruh instansi pemerintah agar mereka bisa secara mandiri menilai dan meningkatkan keamanan siber mereka,” tambah Melwin. Kerangka kerja ini dirancang agar mampu menghadapi berbagai jenis serangan siber, mulai dari kesalahan konfigurasi keamanan, hingga pengrusakan dan pencegahan peretasan data yang dapat mengganggu layanan pemerintahan secara elektronik, dengan tetap mempertahankan kelancaran operasi digital.

Kerangka ini juga menyediakan pendekatan untuk tindakan pemulihan yang cepat. Melwin menjelaskan bahwa jika terjadi serangan yang tidak dapat dicegah, framework ini memberikan panduan bagi tim keamanan siber untuk mengisolasi ancaman dan memulihkan sistem agar kembali berfungsi seperti semula dengan waktu henti minimal. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjaga kepercayaan publik terhadap layanan digital pemerintah serta melindungi informasi sensitif dari potensi eksploitasi.

Melwin juga menyoroti bahwa penelitian ini hadir di tengah meningkatnya kebutuhan keamanan siber dalam transformasi digital pemerintah. “Dengan framework ini, setiap kantor pemerintah bisa lebih proaktif dan independen dalam melindungi layanan digital mereka tanpa harus bergantung sepenuhnya pada intervensi eksternal,” jelas Melwin.

Melwin Juga menyampaikan pesan bagi mereka yang bercita-cita melanjutkan pendidikan tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Beliau menekankan bahwa pendidikan lanjutan, terutama di jenjang doktoral, adalah sebuah perjalanan panjang yang memerlukan komitmen, ketekunan, dan fokus. Menurutnya, tekad untuk menyelesaikan studi adalah hal utama yang perlu dimiliki oleh setiap mahasiswa.

“Studi ini adalah sebuah komitmen besar. Jika kita sudah memutuskan untuk memulai, maka harus ada tekad yang kuat untuk menyelesaikannya, apa pun tantangan yang dihadapi,” ujar Melwin. Ia mengingatkan bahwa banyak godaan dan kendala yang dapat melemahkan semangat, tetapi fokus dan keyakinan pada tujuan akhir harus tetap dijaga.

Melwin juga menyoroti pentingnya konsistensi dalam menyusun dan menyelesaikan disertasi atau tesis. Ia menyebutkan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah menjaga komitmen dan melawan perasaan putus asa yang kerap muncul di tengah perjalanan studi.

“Jangan sampai menyerah dengan keterbatasan atau kesulitan yang ada. Sebagus apa pun ide penelitian, jika tidak selesai, tidak ada artinya,” tegasnya.

Melwin mengajak para mahasiswa untuk memahami bahwa pendidikan tinggi bukan sekadar formalitas, tetapi merupakan proses untuk membangun masa depan serta mengasah ketangguhan dan keterampilan berpikir.

Selain konsistensi, Melwin juga menekankan pentingnya persiapan yang matang bagi mereka yang berencana melanjutkan studi di luar negeri. Ia menekankan bahwa pelamar harus siap menghadapi perbedaan budaya, persyaratan akademik, serta tantangan metodologis dalam penelitian.

“Persiapkan diri dengan baik, baik dari sisi administrasi maupun konsep penelitian. Penting untuk memahami masalah yang akan diteliti dan memiliki data yang mendukung agar hasil penelitian bisa relevan dan signifikan,” tambah Melwin.

Melwin berbagi bahwa pengalaman studi di luar negeri membuka banyak peluang untuk menemukan perspektif baru, meskipun sering kali menemui hal-hal yang tak terduga. Ia menyebut proses ini sebagai pengalaman yang menantang namun sangat berarti.

“Jangan pernah takut untuk mencoba dan mengambil langkah besar. Yakinlah bahwa setiap rintangan adalah bagian dari proses untuk mencapai tujuan akhir,” pesannya.

Fadya RY –
Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional