Universitas Amikom Yogyakarta menjadi perguruan tinggi pelaksana dan pendamping program Kosabangsa 2024, yang diadakan di Desa Bleberan di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bersama dengan Universitas Akprind Indonesia, Universitas Amikom Yogyakarta menjadi perguruan tinggi pelaksana dan pendamping program Kosabangsa 2024.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan potensi wisata dan ekonomi kreatif di Desa Bleberan, khususnya di area Sungai Oyo, dengan mengedepankan strategi pemasaran digital, pengelolaan sumber daya manusia (SDM), dan peningkatan infrastruktur wisata. Kegiatan Kosabangsa 2024 ini didukung dan didanai oleh Kemendibud dengan tanggal kontrak Induk 6/09/2024, nomor kontrak induk 009/E5/PG.02.00/KOSABANGSA/2024, tanggal kontrak turunan 10/09/2024 dan nomor kontrak turunan 2615.2/LL5-INT/AL.04/2024.
Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat) sendiri merupakan program pendanaan dari Ditjen Diktiristek melalui DRTPM untuk menjembatani kolaborasi dalam pengembangan dan penerapan teknologi dan inovasi yang dihasilkan Oleh perguruan tinggi untuk dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan masyarakat. Secara khusus Program Kosabangsa memprioritaskan pada wilayah daerah tertinggal serta wilayah prioritas kemiskinan ekstrem yang kemudian disebut wilayah prioritas Kosabangsa
Melalui program Kosabangsa tahun 2024, Universitas Amikom Yogyakarta menjadi perguruan tinggi pelaksana yang diketuai oleh Prof. Dr. Ema Utami, S.Si., M.Kom. dan beranggotakan Yusuf Amri Amrullah, S.E., M.M. serta Gardyas Bidari Adninda, S.T., M.A. dan Universitas Akprind Indonesia sebagai pendamping yang diketuai oleh Dr. Suwanto Suharjo ,S.Si., M.Kom. dan beranggotakan Catur Iswahyudi, S.Kom., S.E., M.Cs., MTA. serta Purnawan, S.T., M.Eng., C.WS.
Ketua Tim Kosabangsa dari Universitas Amikom Yogyakarta, Prof. Dr. Ema Utami, S.Si., M.Kom., menyatakan bahwa program ini memiliki fokus utama pada peningkatan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan air bersih dan promosi pariwisata edukasi berbasis alam. Desa Bleberan dikenal memiliki potensi wisata alam yang besar, namun masih membutuhkan pengembangan agar mampu menarik wisatawan lebih luas. “Potensi yang dimiliki oleh Desa Bleberan ini dapat mengangkat ekonomi kreatif desa dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat secara umum,” ujar Prof. Ema.
Desa Bleberan memiliki Sungai Oyo sebagai aset alam yang menawarkan pesona alam sekaligus potensi edukasi. Prof. Ema menjelaskan bahwa wisata edukasi ini dapat mencakup pengamatan ekosistem sungai, pembelajaran tentang flora dan fauna lokal, serta konservasi air. Dengan pendekatan edukatif, wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga memahami pentingnya menjaga ekosistem.
“Wisata edukasi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan berharga bagi wisatawan. Mereka tidak hanya datang untuk menikmati, tetapi juga belajar tentang lingkungan dan bagaimana konservasi dapat berdampak positif bagi masyarakat sekitar,” jelasnya.
Dalam rangka memaksimalkan promosi wisata Desa Bleberan, tim Kosabangsa merancang pelatihan pemasaran digital bagi kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan Pengelola Air Bersih (PAB) Sejahtera Desa Bleberan. Pelatihan ini menitikberatkan pada pemanfaatan e-commerce dan media sosial guna memperluas jangkauan promosi produk-produk lokal, mulai dari kerajinan tangan hingga makanan khas desa.
Melalui program ini, tim membantu Pokdarwis dan PAB Sejahtera untuk mengelola situs web dan media sosial yang berfokus pada wisata edukasi Sungai Oyo serta layanan pengelolaan air bersih. Website ini akan memberikan informasi lengkap tentang wisata Sungai Oyo, termasuk kegiatan edukasi yang dapat dinikmati oleh wisatawan.
“Keberadaan website dan media sosial diharapkan mampu menarik lebih banyak wisatawan baik di tingkat nasional maupun internasional, sekaligus menjadi sarana monitoring bagi para pemangku kepentingan,” tambah Prof. Ema.
Isu penting lain yang diangkat dalam program ini adalah pengelolaan air bersih yang menjadi kebutuhan dasar bagi warga Desa Bleberan. Menurut Prof. Ema, pengelolaan air bersih bukan hanya soal kesehatan, namun juga menjadi fondasi ekonomi lokal yang mendukung sektor wisata dan keberlanjutan lingkungan. “Sungai Oyo sebagai salah satu sumber air utama harus dijaga kebersihannya agar memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat sekitar,” tuturnya.
Dengan keterlibatan tim Kosabangsa, berbagai pelatihan mengenai teknik pengelolaan air bersih yang efektif diberikan kepada pengelola PAB Sejahtera. Program ini diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk memahami nilai penting dari sumber daya air dan pengelolaannya yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, program Kosabangsa di Desa Bleberan menekankan pada penciptaan ekosistem yang mendukung perkembangan wisata berbasis alam serta ekonomi kreatif. Selain itu, melalui pelatihan pemasaran digital, masyarakat Desa Bleberan akan dipersiapkan untuk menghadapi persaingan pariwisata di tingkat nasional maupun internasional dengan strategi pemasaran yang lebih terarah.
“Dari sisi digital, tim mendukung pembuatan konten berkualitas, optimalisasi SEO, pengelolaan media sosial, dan analisis data agar lebih tepat sasaran. Ini penting agar potensi lokal Desa Bleberan dapat dikenal lebih luas dan membantu masyarakat meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka,” pungkas Prof. Ema.
Program Kosabangsa 2024 ini diharapkan dapat menjadi model bagi program pengembangan wisata edukasi di wilayah lain, khususnya di daerah-daerah tertinggal yang memiliki potensi besar namun masih memerlukan dukungan pengembangan kapasitas.
Fadya RY –
Direktorat Kehumasan dan Urusan Internasional