Dosen Prodi Teknologi Informasi Universitas Amikom Yogyakarta sekaligus Komisaris PT Mataram Surya Visi Sinema (MSV Studio), Aryanto Yuniawan, M.Kom diundang oleh Universiti Teknologi Mara Malaysia untuk berbagi pengalamannya dalam mengembangkan industri animasi dalam Animation Kingdom XXII (19/7).
Dalam Sesi Vertex Talk: Cultural Trends In Malaysian And Indonesian Animation, Ary berbagi ilmu dan pengalamannya sebagai sutradara film battle of surabaya, hikayat ajisaka dan film ajisaka tentang perkembangan industri animasi di Indonesia, serta sharing session bersama narasumber lokal tentang perkembangan animasi di Indonesia dan Malaysia dengan Quasa Studio, salah satu studio animasi di Malaysia.
“Mereka terkejut dengan berbagai Showcase Animasi MSV Studio, karena film animasi battle of surabaya bisa meraih 41 penghargaan internasional dan Hikayat Ajisaka dengan 7 penghargaan internasional. Ini menjadi inspirasi untuk mengembangkan animasi di Malaysia tidak hanya di negaranya saja, tapi juga di festival-festival luar negeri.”, Tambahnya.
Selain itu, Ary juga menjadi Juri external pada Final Year Project Presentation Diploma Industry Panel Review Mahasiswa UiTM Malaysia, untuk menilai apakah karya animasi yang dibuat Mahasiswa UiTM ini sudah memenuhi standar kompetensi industri yang ditentukan. Ary sendiri menjadi satu-satunya Expert dari Luar Malaysia yang Ikut dalam agenda tersebut, baik sebagai Juri maupun panelis.
Di Hari yang sama, Ary juga diminta oleh Universiti Teknologi Mara untuk memberikan saran kepada pihak Perguruan Tinggi dalam Sesi Semakan Kurikulum bersama tim dosen dan prodi animasi UiTM. Ary memberikan berbagai saran dalam merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri.
“Saya memberi masukan tentang karakter desain, dan penyusunan cerita agar mereka tahu apa yang mereka sampaikan dalam karya animasi mereka. Saran saya, ada mata kuliah khusus untuk storytelling, yang berbeda dengan storyboarding. Saya juga memberikan masukan tentang konsentrasi mata kuliah studi dan pentingnya technical director untuk mengatasi isu teknis dalam Animasi 3D.” Paparnya.
Menurut Ary, Ada beberapa hal menarik yang bisa dipelajari dan diterapkan di sini. Pertama, startup di Malaysia mudah mendapatkan proyek dan peluang bisnis. Contohnya adalah Studio Quasa, sebuah startup yang sudah mendapatkan proyek-proyek besar dari berbagai pihak. Kedua, kurikulum industri di Malaysia benar-benar dikontrol dan diverifikasi oleh industri, sehingga lulusan tidak mengalami shock culture ketika terjun ke dunia kerja. Mereka juga mengadakan festival dan showcase yang serius, mirip dengan festival film tetapi internal kampus.
Ketiga, mereka menempatkan teknologi dan budaya pada posisi tertinggi dalam pendidikan animasi. Meskipun menggunakan banyak artstyle anime, mereka tetap mengedepankan potensi budaya lokal sebagai dasar cerita. Kerjasama antara industri dan perguruan tinggi berjalan seiring untuk kemajuan bersama. Ini adalah hal yang perlu digarisbawahi agar link and match antara apa yang disampaikan industri dan pendidikan bisa tercapai./Vdy